Minggu, 14 November 2010

Tidak Menyentuh yang Bukan Mahram, Kok Malu??

Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barokaatuh..^^
Sekedar berbagi pengalaman saya, yang insyaAllah di dalamnya terselip hikmah untuk kita.
Suatu ketika, saya berada di kelas bersama semua teman-teman saya. Waktu itu, saya ngobrol dengan teman-teman saya (yang akhwat lho..). Tapi, tiba-tiba ada salah seorang ikhwan yang nimbrung juga. Masing-masing menyampaikan opininya. Nah, waktu saya menyampaikan opini saya, ikhwan yang nimbrung tadi ternyata juga sependapat dengan saya. Terus, dia malah ngajak toss saya. Nah lo, mana mau saya disentuh sama yang bukan mahram saya? Jadi, waktu dia ngajak toss itu, saya cuma menangkupkan telapak tangan saya (tahu kan kamsudnya?)Nah, si ikhwan itu lalu berkata, “Yah, kamu itu! Aku jadi malu.”Jadi, dia malu karena ajakan tossnya saya tolak. Dengan kata lain, dia malu karena nggak jadi bersentuhan dengan seseorang yang bukan mahramnya. Malu karena hal seperti itu?Nah, sobat sekalian, itu tadi kisah singkat saya. Sudah bisa memetik hikmahnya?Intinya, remaja sekarang ini kebanyakan (nggak semua lho yaa..) malah malu kalau nggak bersentuhan sama yang non-mahram. Kalau kita sebagai umat muslim, harusnya malu kalau sampai menyentuh yang belum halal buat kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam aja nggak pernah kok menyentuh yang bukan mahram beliau. Katanya kita umat beliau, ya dicontoh dunk. Malu, kalau kita ngaku umatnya Rasulullah tapi malah nggak meniru beliau. Malu, kalau masih asik-asik aja pegangan tangan sama yang bukan mahram kita.Khususnya para muslimah nih, antunna tahu yang namanya berlian? Mahal gak? Ya iyalah. Bayangin aja kita punya berlian (wow!) yang mahal abis! Cantik abis! Keren abis! Pokoknya abis-abisan lah. Boleh nggak berlian kalian yang paling bagus itu dipegang-pegang sama orang lain? Nggak Sayang, takut rusak dunk, takut lecet! Nah, itu dia, kenapa Allah subhanahu wa ta’ala nggak membolehkan kita (para muslimah) disentuh seenaknya aja sama cowok! Allah mau kita tetep terjaga. Tetep cantik. Tetep mahal, makanya, jangan jadi muslimah murahan yang seenaknya aja disentuh-sentuh, terus dibuang! Memangnya kita mau? Nggak Nah sobat, makanya, jaga dirimu! Jaga tubuhmu! Supaya kita jadi seperti berlian. Supaya kita jadi perhiasan yang terindah. Ingat hadits ini,“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah” (H.R. Muslim)OK. Semoga melalui uraian kisah saya tadi Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberi pengetahuan yang bermanfaat buat kita semua. Amiin. >Wassalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barokaatuh..^^

Senin, 01 November 2010

Ibu, Strawberry, dan Surga


Saat masih kecil, aku tinggal jauh di desa. Bersama ayah dan ibundaku. Di sebuah rumah nan sederhana, namun penuh cinta. Suatu hari, aku sangat ingin merasakan buah strawberry. Karena aku hanya bisa merasakan rasa strawberry dari selai roti, atau rasa vitamin anak-anak saja. Aku hanya bisa melihat gambarnya, namun tidak tahu rasanya.
Di suatu sore, aku berkata pada ibu.“Bu, aku mau buah stroberi, rasanya gimana ya? Apa sama seperti rasa vitamin itu? Manis?” tanyaku.
“Rasanya agak asam, tapi kalau sudah dijadikan vitamin kan ditambah gula, jadi manis. Memangnya kenapa, Nak?” Tanya ibu.
“Aku mau, Bu. Kapan-kapan belikan yang banyak ya, Bu?” pintaku.
“Hmm. Mau nggak, ibu ceritakan tentang surga?” Tanya ibu. Agak tidak nyambung memang. Aku minta dibelikan buah strawberry, tapi ibu malah menceritakan surga. Pada akhirnya, akupun mau.
Ibu menceritakan surga dan keindahannya. Banyak malaikat dan bidadari yang tinggal di sana. Bidadari itu cantik-cantik dan baik hati pula. Dan orang-orang yang baik tinggal di sana. Semua hal yang diinginkan oleh orang-orang yang baik itu ada di surga. Allah pun akan menuruti semua keinginannya.
“Jadi, kalau aku minta stroberi yang banyak sekali, juga akan diberi, Bu?” tanyaku polos.
“Iya, di sana akan ada pohon stroberi yang banyak, bahkan bidadari-bidadari itu yang akan mengambilkannya untukmu, tinggal minta saja,” kata ibu.
“Tapi, harus jadi anak baik kalau mau ke surga, kamu mau, Nak?” lanjut ibu.
Aku mengangguk. Kalau begitu, aku mau jadi anak baik. Sehingga nanti, saat di surga, aku bisa meminta apapun yang kumau. Aku minta ibu selalu ada di sisiku. Jadi, aku bisa selalu bersamanya. Yaa Allah, pertemukan aku dengan beliau di Jannah-Mu. Amiin.